|
Sumber gambar : id.pinterest.com |
Asas Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
Ki Hadjar Dewantara (KHD) membedakan kata
Pendidikan dan Pengajaran dalam memahami arti dan tujuan Pendidikan. Menurut
KHD, pengajaran (onderwijs) adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran
merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan
hidup anak secara lahir dan batin. Sedangkan
Pendidikan (opvoeding) memberi tuntunan terhadap segala kekuatan
kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. Jadi menurut KHD (2009), “pendidikan dan pengajaran
merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup
manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang
seluas-luasnya”.
Pendidikan adalah tempat persemaian
benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk
menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu
kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih dan
bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.
Dasar-Dasar Pendidikan
Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan
yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya
dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya)
hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”
Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat
anak, KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang
kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak
tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu
bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah
yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka
meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas)
dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak
tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah
bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan
pengairan dan cahaya matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung
itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.
Dalam proses ‘menuntun’ anak diberi kebebasan
namun pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak
tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Seorang ‘pamong’ dapat
memberikan ‘tuntunan’ agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar.
KHD juga mengingatkan para pendidik untuk
tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah,
carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan
kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang
baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. KHD menggunakan ‘barang-barang’
sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu
menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural
yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.
Kodrat Alam dan Kodrat Zaman
KHD menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak
berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam
berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan
kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”
KHD mengelaborasi Pendidikan terkait kodrat
alam dan kodrat zaman sebagai berikut
“Dalam melakukan pembaharuan yang
terpadu, hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik,
baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya, jangan
sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan,
baik pada alam maupun zaman. Sementara itu, segala bentuk, isi dan wirama
(yakni cara mewujudkannya) hidup dan penghidupannya seperti demikian, hendaknya
selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas-asas hidup kebangsaan yang
bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan” (Ki Hadjar
Dewantara, 2009, hal. 21)
KHD hendak mengingatkan pendidik bahwa
pendidikan anak sejatinya melihat kodrat diri anak dengan selalu berhubungan
dengan kodrat zaman. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global
menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan
melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. KHD mengingatkan juga bahwa
pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan
lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD
adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak bertentangan
dengan nilai-nilai kemanusiaan. KHD menegaskan juga bahwa didiklah anak-anak
dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.
Budi Pekerti
Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau
karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau
kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai
perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya
(psikomotor). Sedih merupakan perpaduan harmonis antara cipta dan karsa demikian
pula Bahagia.
Lebih lanjut KHD menjelaskan, keluarga
menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan
karakter baik bagi seorang anak. Keluarga merupakan tempat bersemainya
pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih kecerdasan budi-pekerti
(pembentukan watak individual). Keluarga juga menjadi ruang untuk mempersiapkan
hidup anak dalam bermasyarakat dibanding dengan pusat pendidikan lainnya.
Alam keluarga menjadi ruang bagi anak untuk
mendapatkan teladan, tuntunan, pengajaran dari orang tua. Keluarga juga dapat
menjadi tempat untuk berinteraksi sosial antara kakak dan adik sehingga
kemandirian dapat tercipta karena anak-anak saling belajar antar satu dengan
yang lain dalam menyelesaikan persoalan yang mereka hadapi. Oleh sebab itu,
Peran orang tua sebagai guru, penuntun dan pemberi teladan menjadi sangat
penting dalam pertumbuhan karakter baik anak.
Dasar-Dasar Pendidikan
Selanjutnya, untuk lebih memperdalam
pemahaman Bapak/Ibu CGP mengenai Filosopi Pendidikan Indonesia KHD, Bapak/Ibu
CGP diminta untuk mencermati bahan bacaan berikut.
Metode Montesori, Frobel dan Taman Anak
Selanjutnya, untuk lebih memperdalam
pemahaman Bapak/Ibu CGP mengenai Filosopi Pendidikan Indonesia KHD, Bapak/Ibu
CGP diminta untuk mencermati bahan bacaan berikut.
Materi ini diambil dari Modul Pendidikan Guru Penggerak