Pengertian Pembelajaran
Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan
masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada
kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait
dengan:
- Kurikulum
yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi
bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga
muridnya.
- Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya.
Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi
kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan
sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang
berbeda.
- Bagaimana
mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid
untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar
yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa
akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.
- Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur,
rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga
struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang
berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
- Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari
proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan
murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah
lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.
Mengidentifikasi atau Memetakan Kebutuhan
Belajar Murid
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability
Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan
kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek.
Ketiga
aspek tersebut adalah:
- Kesiapan
belajar (readiness) murid
- Minat murid
- Profil
belajar murid
Sebagai guru, kita semua tentu tahu bahwa murid akan
menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai
dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan
belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam
diri seorang murid (minat), dan jika tugas itu memberikan kesempatan bagi
mereka untuk bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar).
1. KESIAPAN BELAJAR
(READINESS)
Apa yang Anda pikirkan
ketika mendengar kata “Kesiapan Belajar”?
Bayangkanlah situasi berikut ini:
Dalam pelajaran bahasa Indonesia, Bu Renjana ingin
mengajarkan muridnya membuat karangan berbentuk narasi. Ia kemudian melakukan
penilaian diagnostik. Ia menemukan bahwa ada tiga kelompok murid di
kelasnya.
- Kelompok
A adalah murid yang telah memiliki keterampilan menulis
dengan struktur yang baik dan memiliki kosakata yang cukup kaya. Mereka
juga cukup mandiri dan percaya diri dalam bekerja.
- Kelompok
B adalah murid yang memiliki keterampilan menulis
dengan struktur yang baik, namun kosakatanya masih terbatas.
- Kelompok
C adalah murid yang belum memiliki keterampilan menulis
dengan struktur yang baik dan kosakatanya pun terbatas.
Apa yang dilakukan oleh Bu Renjana di atas adalah memetakan kebutuhan belajar berdasarkan kesiapan belajar.
Kesiapan Belajar
Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari
materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan
membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar
yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru
tersebut.
Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar.
Tomlinson (2001: 46) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi
mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau
pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan
menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu.
Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan
murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan
dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda. Tombol-tombol
dalam equalizer tersebut mewakili beberapa perspektif yang
dapat kita gunakan untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini,
kita hanya akan membahas 6 perspektif dari beberapa contoh
perspektif yang terdapat dalam Equalizer yang
diperkenalkan oleh Tomlinson (2001: 47).
Kesiapan Belajar
Tombol-tombol
dalam equalizer mewakili beberapa perspektif kontinum yang dapat digunakan
untuk menentukan tingkat kesiapan murid. Dalam modul ini, kita akan mencoba
membahas 6 dari beberapa contoh perspektif kontinum tersebut, dengan
mengadaptasi alat yang disebut Equalizer yang diperkenalkan oleh Tomlinson
(Tomlinson, 2001).
- Bersifat
mendasar - Bersifat transformatif
Saat murid dihadapkan pada sebuah ide yang baru, yang mungkin belum dikuasainya, mereka akan membutuhkan informasi pendukung yang jelas, sederhana, dan tidak bertele-tele untuk dapat memahami ide tersebut. Mereka juga akan perlu waktu untuk berlatih menerapkan ide-ide tersebut. Selain itu, mereka juga membutuhkan bahan-bahan materi dan tugas-tugas yang bersifat mendasar serta disajikan dengan cara yang membantu mereka membangun landasan pemahaman yang kuat. Sebaliknya, saat murid dihadapkan pada ide-ide yang telah mereka kuasai dan pahami, tentunya mereka membutuhkan informasi yang lebih rinci dari ide tersebut. Mereka perlu melihat bagaimana ide tersebut berhubungan dengan ide-ide lain untuk menciptakan pemikiran baru. Kondisi seperti itu membutuhkan bahan dan tugas yang lebih bersifat transformatif.
- Konkret -
Abstrak
Di lain kesempatan, guru mungkin dapat mengukur kesiapan belajar murid dengan melihat apakah mereka masih di tingkatan perlu belajar secara konkret atau sudah siap bergerak mempelajari sesuatu yang lebih abstrak.
- Sederhana -
Kompleks
Beberapa murid mungkin perlu bekerja dengan materi lebih sederhana dengan satu abstraksi pada satu waktu, yang lain mungkin bisa menangani kerumitan berbagai abstraksi pada satu waktu.
- Terstruktur -
Open Ended
Kadang-kadang murid perlu menyelesaikan tugas yang ditata dengan cukup baik untuk mereka, di mana mereka tidak memiliki terlalu banyak keputusan untuk dibuat. Namun, di waktu lain murid mungkin siap menjelajah dan menggunakan kreativitas mereka.
- Tergantung
(dependent) - Mandiri (Independent)
Walaupun pada akhirnya kita mengharapkan bahwa semua murid kita dapat belajar, berpikir, dan menghasilkan pekerjaan secara mandiri, namun sama seperti tinggi badan, mungkin seorang anak akan lebih cepat bertambah tinggi daripada yang lain. Dengan kata lain, beberapa murid mungkin akan siap untuk kemandirian yang lebih awal daripada yang lain.
- Lambat -
Cepat
Beberapa murid dengan kemampuan yang baik dalam suatu mata pelajaran mungkin perlu bergerak cepat melalui materi yang telah ia kuasai atau sedikit menantang. Tetapi di lain waktu, murid yang sama mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu daripada yang lain untuk mempelajari topik yang lain.
Perlu diingat bahwa kesiapan belajar murid bukanlah
tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang
apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai
dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Adapun
tujuan melakukan identifikasi atau pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan
tingkat kesiapan belajar adalah untuk memodifikasi tingkat kesulitan pada bahan
pembelajaran, sehingga dipastikan murid terpenuhi kebutuhan belajarnya (Joseph,
Thomas, Simonette & Ramsook, 2013: 29).
Contoh Mengidentifikasi atau Memetakan
Kebutuhan Belajar Berdasarkan Kesiapan
Belajar
Berikut ini adalah contoh Mengidentifikasi atau Memetakan
Kebutuhan Belajar Berdasarkan Kesiapan Belajar (Readiness):
0 komentar:
Posting Komentar