Tujuan Pembelajaran Khusus:
CGP menyimpulkan dan
menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan
pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media
Bapak/Ibu Calon Guru
Penggerak,
Pada fase ini Anda
diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di Modul 2:
Pembelajaran yang berpihak pada murid dan membuat sebuah koneksi antar materi
belajar yang sudah Anda lakukan.
Untuk memudahkan
Bapak/Ibu CGP dalam merajut pemahaman dari berbagai materi, ada tiga penugasan
yang perlu dilakukan.
Instruksi Penugasan
- Buatlah sebuah kesimpulan dan
refleksi yang disajikan dalam bentuk media informasi. Format media dapat disesuaikan
dengan minat dan kreativitas Anda. Contoh media yang dapat dibuat:
artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman audio, screencast presentasi,
artikel dalam blog, dan lainnya.
- Bacalah pertanyaan-pertanyaan
panduan berikut untuk membantu Anda membuat kaitan tersebut.
- Buatlah sebuah kesimpulan dan
penjelasan mengenai peran Anda sebagai Penuntun (Sistem Among) atau
seorang Coach di sekolah dan keterkaitannya dengan
materi sebelumnya di Modul 2 yakni Pembelajaran Berdiferensiasi dan
Pembelajaran Emosi dan Sosial.
- Buatlah sebuah refleksi dari
pemahaman atas keseluruhan materi Modul 2.3 bagaimana keterampilan coaching dapat
membantu profesi Anda sebagai guru dalam menjalankan pendidikan yang
berpihak pada murid.
- Unggahlah bagan atau artikel
ini pada laman LMS.
Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan kita telah
mengemukakan bahwa pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan
guru untuk mengubah prilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik
sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. Proses menuntun tersebut dapat
dilakukan salah satu caranya adalah dengan melakukan proses coaching. Coaching
dalam dunia pendidikan sangat sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hajar
Dewantara.
Dalam coaching ini ada proses menuntun yang dilakukan guru
sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat
dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan alam dan zaman. Dalam proses
coaching guru sebagai pamong mengajukan pertanyaan efektif dan reflektif untuk
menggali segala potensi yang dimiliki murid dengan tidak memberikan solusi akan
tetapi mengarahkan mencari solusi.
Coach mempunyai peran yang sangat penting pula dalam sistem
among yang digaungkan Ki Hajar Dewantara. Pendidik sebagai penuntun bagi anak
didiknya haruslah mampu melakukan pendekatan melalui proses komunikasi.
Komunukasi yang dapat membangun kanyaman dan kesetaraan sehingga tercipta rasa
empati, saling menghormati dan saling menghargai antara guru dan murid. proses
komunikasi yang dijalankan melallui serangkaian proses untuk menemukenali
segala apa yang dimilki murid sebagai bentuk kekuatan untuk menyelesaikan
sagala apa yang dihadapinya.
Proses tersebut tercipta dalam coaching. Selain itu ada juga
pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konsep Tut Wuri Handayani di mana murid
adalah mitra belajar. Guru bukan lagi sumber pengetahuan satu-satunya akan
tetapi ada murid sebagai mitra dalam mencari kesepahaman dalam belajar. Guru
bersama murid belajar bersama mengenali kekuatan yang dimilikinya untuk melejitkan
kemampuan yang dimiliki murid. bukan lagi waktunya guru cemerlang sendiri akan
tetapi bagaimanan murid pun menjadi bersinar. Guru membantu murid menemukan
kekuatan untuk bisa hidup sebagai manusia seutuhnya.
Guru sebagai coach merefleksikan kebebasan murid untuk
menemukan berbagai kekuataan yang dimiliki mereka dengan penuh kasih sayang dan
persaudaraan. Guru sebagai coach menghindari keinginan untuk memaksakan
kehendak dan mengharapkan pamrih, mensucikan diri tanpa ikatan menjadikan murid
insan paripurna. Guru sebagai coach menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya
untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati.
Salah satu bentuk untuk melejitkan potensi murid adalah
dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi, pembelejaran yang selalu
memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan minat, profil dan
kesiapan belajar. Guru sebagai coach dibutuhkan untuk menggali kebutuhan murid
sehingga guru dapat mendisain proses pembelajaran yang mampu memaksimalkan
segala potensi yang dimiliki murid.
Selain itu, secara social emosional segala potensi
murid dapat berkembang secara maksimal. Proses coaching dapat berjalan degan
mengoptimalkan ranah social emosional sehingga setiap murid mampu menyelesaikan
setiap masalah dengan potensi dan kemampuannnya sendiri. Segala potensi akan
tergali dengan proses coaching yang dilakukan guru. Murid akan menemukan
kedewasaan dalam menghadapi setiap kemelut dalam hidupnya dan mereka akan
menemukan jati diri dengan proses coaching yang dilakukan guru. Pada akhirnya
mereka akan mampu hidup bebas dan merdeka menentukan jalan hidupnya sesuai ke roses
menuntun yang dilakukan dalam coaching adalah sebuah usaha untuk mengeksplorasi
murid untuk mampu melejitkan potensinya. Konsep coaching sangat dibutuhkan
dalam memberikan layanan pada murid karena sangat berbeda dengan konsep
konseling dan mentoring.
Coaching tidak hanya berawal dari masalah tetapi dari
kondisi yang memungkinkan peserta didik mampu memaksimalkan potensi dan
kekuatannya untuk menemukan dan menyelesaikannya sendiri. Mentoring
merupakan proses dilakukan ahli dengan berbagi pengalaman kepada mantee untuk
menyelesaikan masalahnya. Sedangkan konseling konselor memberikan bantuan
solusi untuk menyelesaikan masalah konseli.
Coaching yang dilakukan coach kepada coachee sedikitnya
membutuhkan empat keterampilan diantaranya:
Keterampilan membangun dasar proses coaching
Keterampilan membangun hubungan baik
Keterampilan berkomunikasi
Keterampilan memfasilitasi pembelajaran
Dalam proses coaching ada salah satu model yang biasa
digunakan oleh coach. Model yang dikembangkan dari Salah satu model GROW. Model
GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Goal (Tujuan):
coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi
coaching ini; Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang
terjadi pada diri coachee; Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam
memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan
sebuah rancangan aksi; dan Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam
membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya
Model GROW menjadi pijakan dalam melakukan coaching yang
selanjutnya dikembangkan menjadi model TIRTA yang meliputi langkah-langkah
Tujuan utama pertemuan/pembicaraan; Identifikasi masalah coachee; Rencana aksi
coachee; dan Tanggung jawab/komitmen. Dalam Aksi Aspek berkomunikasi
untuk mendukung praktik coaching antara lain, Komunikasi Asertif menjadi
Pendengar aktif, Bertanya reflektif dan Umpan balik positif.
Refleksi terhadap proses coaching di sekolah
Proses coaching sebagai bentuk usaha yang dilakukan guru
untuk menuntun segala potensi, keunikkan dan kekuatan murid untuk hidup sesuai
kodratnya dan memperbaiki lakunnya.
Proses coaching menjadikan murid untuk bisa hidup sebagai
individu dan bagian msyarakat yang mampu mengenali, menggali dan memaksimalkan
segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan segala masalahnya sendiri.
Proses coaching, menuntun murid untuk berkesadaran penuh
mencapai kemerdekaan belajar digali dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif
untuk memaksimalkan segala potensinya
0 komentar:
Posting Komentar