Ini adalah Pemilik Blog

Blog ini dibuat untuk Pendidikan.

AYO SEGERA KUNJUNGI DAN INSTALL APLIKASI MERDEKA MENGAJAR

Pastikan Login Dengan Menggunakan Akun Pembelajaran belajar.id.

My Family

My Little Family.

Honai

Honai adalah merupakan rumah adat Papua.

Minggu, 08 Mei 2022

Jurnal Refleksi minggu ke-17.

 


Tanggal 4 April - 9 April 2022

Fact (Peristiwa)

Pada Minggu ke-17 ini, saya sudah memasuki Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran, namun sebelumnya harus melakukan pretes yang dilaksanakan pada hari Rabu Tanggal 6 April 2022. Dalam mengerjakan Pre Test banyak hal baru yang saya belum ketahui sehingga nilai yang saya peroleh sangat minim. Kemudian Pada hari Kamis saya mulai membuka Modul 3.1. Pendahuluan, Mulai dari diri dan Eksplorasi Konsep.

 

Feeling (perasaan yang dialami)

Perasaan yang saya alami dalam minggu ke 17 ini sangat sedih namun bersemangat, sedihnya karena nilai prestes saya minimal, namun karena saya ingin memperbaiki nilai prestes saya kemudian saya mulai membaca materi yang ada di LMS ternyata materi yang diberikan sangat menantang dan tentunya sangat bermanfaat bagi saya seorang pendidik. Karena pada Modul 3.1 tentang Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran Dan hal ini sebagai pengetahuan awal bagaimana cara penerapannya supaya keputusan yang diambil bisa bermanfaat, efektif dan tidak merugikan pihak manapun.

Finding (pembelajaran yang didapat)

Seorang pemimpin di sekolah akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara Etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar.

Nilai-nilai kebajikan universal meliputi hal-hal seperti Keadilan, Tanggung Jawab, Kejujuran, Bersyukur, Lurus Hati, Berprinsip, Integritas, Kasih Sayang, Rajin, Komitmen, Percaya Diri, Kesabaran, dan masih banyak lagi.

Pembelajaran yang didapat yaitu Calon Guru Pengegrak membedakan dilema etika/ethical dilemma dengan bujukan moral/moral temptation dan mengidentifikasi jenis dilema berdasarkan 4 paradigma, baik dilema yang dihadapi orang lain maupun diri sendiri. Dalam Pembelajaran Eksplorasi konsep, CGP mengingat kembali peristiwa di mana CGP mengambil sebuah keputusan sulit. Keputusan sulit yang bisa termasuk keputusan dilema etika atau bujukan moral. Untuk mendalami lebih lanjut apa perbedaan keduanya, CGP mempelajari jenis-jenis dilema dan paradigma dalam pengambilan keputusan dengan terlebih dahulu menyimak pertanyaan pemantik dan menentukan nilai yang merupakan dilema etika dan bujukan moral.

Aktivitas lainnya CGP sebagai pemimpin pembelajaran memahami dan memilih 1 dari 3 prinsip dalam pengambilan keputusan yang memuat unsur dilema etika. Ada 3 prinsip dalam pengambilan keputusan yaitu : Berpikir Berbasis Hasil Akhir, Berpikir Berbasis Peraturan, dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli.

 

Future (penerapan kedepan)

Dengan mempelajari Modul 3.1 semoga saya bisa memebdakan mana dilemma etika atau bujukan moral. Dan bisa lebih memahami tentang Prinsip pengambilan keputusan dalam menghadapi kasus yang saya hadapi.

Demikian Jurnal Refleksi Minggu Ke-17 Calon Guru Penggerak, semoga bermanfaat. Salam Sehat dan Bahagia

 

Jurnal Refleksi minggu ke-16.


Tanggal 28 Maret - 2 April 2022

Fact (Peristiwa)

Pada Minggu ke-16 ini, kegiatan pembelajaran pada modul 2.3 Couaching memasuki tahap akhir. Pada hari Senin diawali dengan Refleksi Terbimbing pada Hari Senin tanggal 28 Maret 2022, kemudian dilanjutkan dengan hari Selasa dan Rabu, yaitu Demonstrasi Konstektual dalam hal ini saya mengambil Coaching bersama dengan siswa,  kemudian melakukan editing dan mengupload hasilnya di LMS, di Hari Sabtu Elaborasi Pemahaman Coaching bersama Instruktur Ajeng Wulansasi, Fasilitator, Pengajar Praktik dan Para CGP dari Kabupaten Jayawijaya, Nabire, Biak dan Maluku. Dan ditutup hari Sabtu dengan Jurnal Refleksi.

 

Feeling (perasaan yang dialami)

Perasaan yang saya alami dalam minggu ke 16 ini sangat senang karena mendapatkan ilmu baru tentang Coaching. Baik dalam pembelajaran secara mandiri di LMS, Ruang Kolaborasi bersama fasilitator serta di Ruang Elaborasi bersama Instruktur

Finding (pembelajaran yang didapat)

Pembelajaran minggu ini membuat saya lebih memahami tentang Coaching. Coaching adalah sebuah percakapan, dialog saat seorang coach dan seseorang berinteraksi dalam senuah komunikasi yang dinasmis untuk mencapai tujuan, meningkatkan kinerja dan menuntun seseorang untuk mencapai keberhasilannya. Couching dalam konteks pendidikan, pentingnya proses coaching : proses untuk mengaktivasi kerja otak murid, pertanyaan-pertanyaan reflektif dapat membuat murid melakukan metakognisi, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam sehingga murid dapat menunjukkan potensinya.Tut Wuri Handayani sebagai mindset, yaitu bahwa murid adalah Mitra Belajar, Emansipasif, Kasih dan Persaudaraan, Ruang Perjumpaan Pribadi. Pendampingan Coaching dengan system Among yaitu bahwa pendidik itu sebagai penuntun, bahwa dengan coaching ini sebagai proses pendekatan komunikasi dengan proses among dengan menggunakan model TIRTA sehingga coachee mengalami proses yang bermakna dan potensi dapat tergali dengan optimal. Adapun percakapan dengan coaching bisa diawali dengan Apa, Siapa, Kapan, Dimana, Bagaimana. TIRTA diibaratkan air (sansekerta) jadi murid diibaratkan air tugas guru memastian air mengalir tanpa sumbatan, coacing adalah alat untuk menyingkirkan sumbatan.

Future (penerapan kedepan)

Dengan mempelajari modul Couching, ini harapan ke depan apabila menemui kasus atau permasalahan saya akan mencoba menerapkan teknik coaching dengan model TIRTA sehingga siswa bisa tergali potensinya, mendapatkan pembelajaran yang bermakna sehingga bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri, kita sebagai pendidik hanya menuntun dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan Model TIRTA.

Demikian Jurnal Refleksi Minggu Ke-16 Calon Guru Penggerak, semoga bermanfaat. Salam Sehat dan Bahagia

 

Jurnal Refleksi Minggu Ke 14

 

Jurnal Refleksi minggu ke-14.

Fact (Peristiwa)

Pada Minggu ke-14 ini, kegiatan pembelajaran pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial dan Emosional PSE memasuki tahap akhir. Saya mengikuti kegiatan Elaborasi Pemahaman bersama instruktur, faslitator, pengajar prakrik, dan sesama CGP dari Kabupaten Jayawijaya, Nabire, Biak dan Maluku. Saya juga membuat Koneksi Antar Materi dan rencana Aksi Nyata. Koneksi antar materi yang saya buat berupa artikel dalam bentuk  video yang menggambarkan pemahaman pada PSE dan kaitan antara PSE dan pembelajaran berdiferensiasi. Pada rencana aksi nyata, saya telah membuat RPP yang terintegrasi dengan pembelajaran berdiferensiasi dan PSE. Rencananya, RPP ini akan diterapkan pada pembelajaran di kelas. Dalam elaborasi pemahaman, saya memperoleh tambahan informasi dan contoh-contoh yang menguatkan pemahaman pada PSE.Pembelajaran Modul 2.3 Coaching dimulai dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang kasus yang ditemui di sekolah, harapan pada diri, pada siswa, serta kegiatan, materi, dan hasil yag diinginkan. Saya menjawab pertanyaan sesuai dengan pemahaman dan pengalaman saya ketika menghadapi siswa.

 

Feeling (perasaan yang dialami)

Penerapan Kompetensi Sosial dan Emosional dalam pembelajaran di kelas merupakan hal baru bagi saya, meskipun untuk saya pribadi, sesekali pernah melakukan teknik STOP untuk meningkatkan kesadaran penuh. Dalam merencanakan aksi nyata di kelas, awalnya saya merasa bingung akan menerapkan KSE yang mana. Untuk menghadapi kebingungan tersebut, saya mengikuti elaborasi pemahaman, membaca beberapa contoh penerapan KSE di kelas.Hal-hal tersebut membuat saya merasa lebih siap, tidak bingung lagi untuk menerapkan KSE di kelas. Saya antusias ketika mengikuti alur pembelajaran di modul PSE, dan bersemangat untuk menerapkan KSE dalam pembelajaran di kelas. Modul 2.3 Coaching merupakan hal menarik bagi saya, dan saya akan mempelajarinya dengan baik, memanfaatkan berbagai media yang ada.

Finding (pembelajaran yang didapat)

Pembelajaran minggu ini membuat saya lebih memahami PSE. Pengalaman dari instruktur yang dibagikan kepada CGP membuat saya mendapat inspirasi tentang penerapan KSE di kelas. Saya mendapat inspirasi berupa contoh-contoh yang dapat saya modifikasi dan adaptasi untuk diterapkan.Melalui proses pembelajaran ini, saya menyadari bahwa KSE sangat diperlukan oleh guru untuk melakukan berbagai kegiatan dan untuk mengoptimalkan potensi siswa

 

Future (penerapan kedepan)

Dengan mempelajari modul PSE, saya dapat mengenali perasaan, mengelola diri, memahami orang lain, membangun komunikasi, dan mengambil keputusan dengan lebih baik. Sehingga, saya akan mampu melaksanakan pembelajaran, kegiatan sekolah, kegiatan di masyarakat, dan di keluarga dengan lebih baik, responsive, dan bertanggung jawab. Saya juga bisa membelajarkan siswa 5 KSE melalui integrasi dalam pembelajaran, membelajarkan secara eksplisit, mengubah kebijakan sekolah, dan mempengaruhi pola pikir siswa. Melalui penerapan KSE, saya yakin siswa akan menjadi orang yang mampu menghadapi masalah, menemukan solusi atas masalahnya, dan menjadi orang yang berkarakter baik.

Demikian Jurnal Refleksi Minggu Ke-14 Calon Guru Penggerak, semoga bermanfaat.

Jurnal Refleksi minggu ke-15

 

Tanggal 21 -26 Maret 2022

Pada Jurnal Minggu ke 15 ini saya mencoba akan menggunakan Model 5R dalam menulis Jurnal Refleksi. Model refleksi 5M diadaptasi dari model 5R (Bain, dkk, 2002, dalam Ryan & Ryan, 2013). 5M terdiri dari langkah-langkah berikut: Reporting, Responding, Relating, Reasoning, Reconstructing.

 

1. Reporting ( mendeskripsikan)

    Menceritakan ulang peristiwa yang terjadi

 

Hari Senin-Rabu, tanggal 21-23 Maret 2022

Melalui LMS, Eksplorasi Konsep melakukan kegiatan mandiri untuk mempelajari materi melalui kegiatan membaca mandiri untuk mempelajari materi melalui kegiatan membaca, menyimak video dan menjawab pertanyaan dan diskusi asinkron. Materi yang dipelajari yaitu konsep coaching dalam konteks pendidikan, komunikasi yang memberdayakan, TIRTA sebagai Model Coaching.

 

Hari Kamis, 24 Maret 2022 - Ruang Kolaborasi Sesi Latihan

Pada sesi ini Fasilitator membagi CGP dalam 4 kelompok, saya mendapatkan kelompok 2 bersama dengan CGP dari Kab. Jayawijaya Pak Laode Lishalat, S.Pd dan CGP dari Kab. Nabire Ibu Deine Mulumbut, S.Pd. kemudian setelah mendapatkan penjelasan, kami masuk room sesuai dengan kelompok kami dan melakukan sesi latihan teknik coaching Model TIRTA. Dan kami memerankan sebagai Coach. Coachee dan Pengamat. Dalam Praktek ada 3 kasus yang harus kami perankan.

 

Hari Jumat, 25 Maret 2022 – Ruang Kolaborasi Sesi Praktik

Pada sesi ini kami berlatih peran sesuai dengan peran kami masing-masing, Pada Kasus 1 yang berperan sebagai Coach : Laode Lishalat, Coachee : Deine Mulumbot, S.Pd., Pengamat  Aini Mubaroch. Pada Kasus 2 yang berperan sebagai Coach : Deine Mulumbot, S.Pd, Coachee : Aini Mubaroch, Pengamat  Laode Lishalat. Pada Kasus 3 yang berperan sebagai Coach : Aini Mubaroch, Coachee : Laode Lishalat, S.Pd,. Pengamat : Deine Mulumbot, S.Pd.

 

Hari Sabtu, 26 Maret 2022 - Unggah Ruang Kolaborasi dengan cara menggunggah hasil record ketika sesi praktek menjadi coach

 

2. Responding (Merespon):

menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan

Setelah belajar tentang model coaching minggu ini menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan. Saya memahami bahawa dengan teknik coaching proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach menfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Prinsip-prinsip coaching : a) Adanya Kolaborasi antara coah dan coachee, b) berorentasi pada hasil dan dilaksanakan dengan sistematis , c) memaksimalkan kinerja, d) membantu seseorang untuk belajar, e) berfokus pada solusi.

 

Relating (Mengaitkan) :

menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki

Coaching memiliki peran yang sangat penting karena dapat digunakan untuk menggali potensi murid sekaligus mengembangkannya dengan berbagai strategi yang disepakati bersama. Proses couching yang berhasil akan memotivasi para murid untuk menjadi lebih baik karena mereka merasakan potensi mereka tergali dan berkembang seiring dengan proses dan hasil dari coaching yang mereka telah lakukan.

Praktek couching ini memberikan pengetahuan, ketrampilan dan keyakinan dan infomasi yang sangat bermanfaat bagi seorang guru ketika memberikan layanan kepada siswa dalam rangka memberikan tuntunan terhadap masalah yang siswa hadapi dengan cara menggali potensi, sehingga mereka bisa menemukan solusi atas permasalahannya.

Selain bisa digunakan dengan peserta didik, couching juga bisa dilakuakn dengan teman sejawat.

 

4. Reasoning (Menganalisis)

menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.

Proses couching harus terus dilakukan untuk menciptakan keterbiasaan dan meingkatkan ketrampilan kita dalam memberikan layanan sebagai coach. Pada modul couching ini menyadarkan saya bahwa dalam memberikan layanan kepada siswa kita bukan mnyodorkan solusi, tapi mengarahkan dan menuntun mereka untuk mendapatkan solusi yang dihadapi dengan cara menggali potensi yang mereka punyai.

 

 

Reconstructing (Merancang ulang) :

menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.

Ke depan saya ingin mencoba menerapkan teknik coachinh ini pada murid-murid saya ketika memberikan layanan kepada mereka.

 

2.3.a.6. Refleksi Terbimbing - Memahami Lebih Dalam Teknik Coaching Yang Efektif Dalam Optimalisasi Pengembangan Kompetensi Pendidik dan Murid


Tujuan Pembelajaran Khusus:   


  1. CGP dapat melakukan refleksi dan metakognisi terhadap proses pembelajaran yang telah mereka lalui
  2. CGP menggunakan pemahaman barunya untuk memperbaiki proses pembelajaran yang diampunya

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Anda telah sampai pada fase refleksi terbimbing. Inilah saatnya Anda merenung, mengingat kembali, dan melakukan refleksi mendalam mengenai hal-hal yang telah Anda pelajari pada modul coaching ini. Silakan jawab pertanyaan berikut ini:

Refleksi Terbimbing

 Print Blank

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Anda telah sampai pada fase refleksi terbimbing. Inilah saatnya Anda merenung, mengingat kembali, dan melakukan refleksi mendalam mengenai hal-hal yang telah Anda pelajari pada modul coaching ini. Silakan jawab pertanyaan berikut ini:

Tugas 5

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini untuk melakukan refleksi:

. Sebelum mempelajari modul ini,

saya pikir bahwa coaching

saya pikir bahwa coaching

Apa yang kita lakukan dalam rangka memberikan layanan, bimbingan , masukan atau arahan kepada peserta didik yang mengalami hambatan, masalah atau kendala baik dalam belajar dan atau dalam berinteraksi di lingkungan sekolah itulah yang disebut dengan coaching.

 

saya merasa bahwa coaching

saya merasa bahwa coaching

cukup secara langsung memberikan solusi kepada peserta didik yang mencurahkan keluh kesah dan masalahnya dan anak langsung menerapkan solusi yang kita berikan. Tanpa ada proses diskusi untuk menggali segala usaha yang pernah dilakukan dan apakah solusi tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

 

2. Setelah mempelajari modul ini,

Response is required

Response is required

saya pikir bahwa coaching

saya pikir bahwa coaching

coaching adalah sebuah proses komunikasi yang dilakukan antara coach dan coachee. Di mana coachee sebagai klien distimulasi dan dieksplorasi segala kemampuan dan potensinya oleh coach untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri. Coach hanya membantu untuk memaksimalkannya

 

saya merasa bahwa coaching

saya merasa bahwa coaching

sangat bermanfaat dalam mendewasakan peserta didik/coachee untuk tidak bergantung terhadap orang lain yang lebih dewasa darinya. Coaching ini membantu coachee memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya untuk menyelesaikan problemnya sendiri.

 

3. Dari teknik keterampilan coaching yang saya pelajari, teknik yang perlu saya kembangkan dan latih adalah

Keterampilan membangun hubungan baik 

Keterampilan berkomunikasi keterampilan memfasilitasi pembelajaran

 

Karena

karena

Dua kompetensi tersebut sangat diperlukan untuk menciptakan kenyamanan coachee untuk berbagi dan berkolaborasi menemukan segala potensi yang dimiliki coachee untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Membangun kemitraan antara coach dan coachee tanpa pemisah atau tidak menjadikan sebagian pihak berada diposisi yang lebih dari yang lainnya. Mengarahkan coachee untuk menemukan keputusannya sendiri dalam menyelesaikan masalah.

 

Kendala yang saya hadapi ketika melakukan pendampingan dengan pendekatan  coaching dalam Komunitas Praktisi adalah

Kendala yang saya hadapi ketika melakukan praktik coaching dalam Komunitas Praktisi adalah

Terburu-buru menyampaikan Solusi sehingga tidak mengajak diskusi coachee untuk menemukan potensi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. 

Susah meluangkan waktu di tengah kesibukan penuhnya tanggung jawab yang diselesaikan. 

Belum begitu menguasai teknik coaching yang sesuai dengan esensi.

 

 

5. Upaya yang saya lakukan dalam menghadapi kendala tersebut adalah

 

Upaya yang saya lakukan dalam menghadapi kendala tersebut adalah

  • Tidak terpancing untuk terburu-buru memberikan solusi, mencoba menjadi pendengar aktif. Belajar sabar mengelola emosi untuk terus menggali potensi coachee.
  • Jangan terlalu terjebak dengan padatnya aktivitas (meluangkan waktu), dengan membuat schedule time yang jelas dan memasukan praktik coaching sebagai salah satu jadwal pekerjaan yang harus dilakukan dalam salah satu list daftar pekerjaan.
  • Membuka lebih banyak referensi yang membahas tentang coaching dan berbagi ilmu pengetahuan serta pengalaman dengan para ahli dan parktisi yang sudah terbiasa melakukan praktik coaching.

 

4. Dari teknik coaching yang saya pelajari, teknik yang perlu saya kembangkan dan latih adalah

Komunikasi Asertif

Response is required

 

karena

Dengan komunikasi asertif akan menumbuhkan rasa percaya diri dalam menyampaikan masukan atau pemikiran-pemikiran yang seharusnya disampaikan. Pemikiran-pemikiran yang kita miliki tidak perlu disimpan dalam benak dan hati akan tetapi diungkapkan degan lugas dan tegas dengan tetap menghormati teman komunikasi kita. Komunikasi asertif juga akan menumbuhkan rasa hormat menghormati antar sesama karena ketika akan mencurahkan pikirannya dalam berkomunikasi dengan orang lain, kita selalu mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan orang tersebut.

 

2.3.a.10. Aksi Nyata - Coaching

 Tujuan Pembelajaran Khusus:  CGP mendokumentasikan seluruh hasil kegiatan selama pembelajaran modul coaching.

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Anda telah sampai pada bagian akhir dari pembelajaran pada modul Coaching ini. Pada tahapan akhir dari siklus pembelajaran MERRDEKA, Bapak/Ibu CGP akan mempersiapkan diri untuk mempraktikkan keterampilan komunikasi dengan pendekatan coaching di lingkungan sekolah Anda. Praktik coaching ini sendiri akan dilaksanakan pada saat pendampingan individu keempat bersama Pengajar Praktik (PP). Berikut adalah panduan untuk persiapan praktiknya:

1. Ajaklah satu rekan sejawat di sekolah Anda (boleh rekan guru yang menjadi coachee pada tahap Demonstrasi Kontekstual atau rekan lain)

2. Pada saat kunjungan Pendampingan Individu ke -4, Calon Guru Penggerak bersama rekan sejawat yang sudah diminta untuk latihan coaching akan mmepraktekkan ketrampilan coaching di depan Pengajar Praktik (rekan sejawat menjadi coachee)

3. Setelah Calon Guru Penggerak bersama rekan sejawat mempratekkan keterampilab coaching, Calon Guru Penggerak dan rekan sejawatnya akan melakukan refleksi bersama, baik secara tertulis ataupun lisan.


2.3.a.10. Aksi Nyata - Coaching

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses menuntun tumbuh kembangnya anak sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya agar memperoleh kebahagiaan dan keselamatan baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. Untuk itu, salah satu proses menuntun tersebut dapat dilakukan melalui coaching. Dalam coaching, guru berperan sebagai coach yang harus menuntun, mengarahkan, dan membimbing coachee (murid) dengan mengajukan pertanyaan untuk mengeksplor segala potensi dan kemampuan yang dimiliki coache dengan harapan agar coache dapat menyadari akan potensi dalam dirinya dengan memanfaatkan potensinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, sehingga dapat mengajarkan murid untuk berpikir kritis dan inovatif sebagai langkah awal untuk menjadi pribadi yang berkualitas dan bermutu sejalan dengan visi sekolah kami yaitu terwujudnya sekolah yang merdeka belajar, berprestasi, terampil, berkualitas, berbudaya lingkungan berlandaskan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

B. Tujuan Tindakan Aksi Nyata

Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah :

  1. Dengan mengeksplor potensi, tuntunan dan arahan guru akan menciptakan murid yang mampu hidup dengan laku yang sebaik-baiknya sebagai individu atau bagian masyarakat sesuai kodrat alam dan zaman.
  2. Membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi guru dan murid dengan cara menuntun dan membimbingnya untuk mencapai solusi yang diharapkannya.
  3. Dengan proses coaching model TIRTA akan membantu murid mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk bias lebih merdeka belajar.
  4. Dengan proses coaching model TIRTA akan menciptakan iklim pembelajaran yang lebih berpihak pada peserta didik.

C. Tolak Ukur

Adapun tolak ukur keberhasilan penyelengaraan adalah sebagai berikut :

  1. Hasil coaching yang saya lakukan sebelumnya bersama guru atau rekan sejawat.
  2. Terciptanya murid dengan laku baik sebagai individu atau bagian masyarakat sesuai kodrat alam dan zamannya.
  3. Optimalisasi dan melejitnya potensi yang dimiliki untuk dapat lebih merdeka belajar dan menyelesaikan masalahnya sendiri dengan proses coaching model TIRTA (Tujuan, Identifikasi Masalah, Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab).
  4. Terciptanya iklim pembelajaran yang lebih berpihak pada murid dengan berjalannya proses coaching di sekolah.

D.Linimasa Aksi Nyata

  1. Mengembangkan tindakan praktik aksi nyata meliputi jadwal / waktu pelaksanaan kegiatan.
  2. Mensosialisasikan kembali proses coaching kepada rekan sejawat dengan melibatkan komunitas praktisi.
  3. Proses coaching di komunitas sekolah dengan pendampingan.
  4. Evaluasi dan refleksi pelaksanaan coaching.
  5. Tindak lanjut dan perbaikan proses coaching selanjutnya.

E.   Dukungan

Kegiatan coaching dilakukan dengan menerapkan model TIRTA (Tujuan, Identifikasi Masalah, Rencana Aksi, dan Tanggung Jawab) dan melibatkan tenaga pendidik atau rekan sejawat yang progresnya akan didokumentasikan oleh Calon Guru Penggerak (CGP).

F.    Dokumentasi Tentang Aksi Nyata Coaching

2.3.a.9. Koneksi Antarmateri - Coaching

 

Tujuan Pembelajaran Khusus:  

CGP menyimpulkan dan menjelaskan keterkaitan materi yang diperoleh dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman yang dibangun selama modul 2 dalam berbagai media


Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Pada fase ini Anda diajak untuk meninjau ulang keseluruhan materi pembelajaran di Modul 2: Pembelajaran yang berpihak pada murid dan membuat sebuah koneksi antar materi belajar yang sudah Anda lakukan.

Untuk memudahkan Bapak/Ibu CGP dalam merajut pemahaman dari berbagai materi, ada tiga penugasan yang perlu dilakukan. 



Instruksi Penugasan


  • Buatlah sebuah kesimpulan dan refleksi yang disajikan dalam bentuk media informasi. Format media dapat disesuaikan dengan minat dan kreativitas Anda. Contoh media yang dapat dibuat: artikel, ilustrasi, grafik, video, rekaman audio, screencast presentasi, artikel dalam blog, dan lainnya.
  • Bacalah pertanyaan-pertanyaan panduan berikut untuk membantu Anda membuat kaitan tersebut.
    • Buatlah sebuah kesimpulan dan penjelasan mengenai peran Anda sebagai Penuntun (Sistem Among) atau seorang Coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di Modul 2 yakni Pembelajaran Berdiferensiasi dan Pembelajaran Emosi dan Sosial. 
    • Buatlah sebuah refleksi dari pemahaman atas keseluruhan materi Modul 2.3 bagaimana keterampilan coaching dapat membantu profesi Anda sebagai guru dalam menjalankan pendidikan yang berpihak pada murid. 
  • Unggahlah bagan atau artikel ini pada laman LMS.

Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan kita telah mengemukakan bahwa pendidikan itu adalah ada proses menuntun yang dilakukan guru untuk mengubah prilaku murid sehingga dapat hidup sesuai kodratnya baik sebagai individu maupun bagian dari masyarakat. Proses menuntun tersebut dapat dilakukan salah satu caranya adalah dengan melakukan proses coaching. Coaching dalam dunia pendidikan sangat sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara. 

 

Dalam coaching ini ada proses menuntun yang dilakukan guru sebagai coach kepada murid sebagai coachee untuk menenemukan kekuatan kodrat dan potensinya untuk bisa hidup sesuai tuntutan alam dan zaman. Dalam proses coaching guru sebagai pamong mengajukan pertanyaan efektif dan reflektif untuk menggali segala potensi yang dimiliki murid dengan tidak memberikan solusi akan tetapi mengarahkan mencari solusi.

 

Coach mempunyai peran yang sangat penting pula dalam sistem among yang digaungkan Ki Hajar Dewantara. Pendidik sebagai penuntun bagi anak didiknya haruslah mampu melakukan pendekatan melalui proses komunikasi. Komunukasi yang dapat membangun kanyaman dan kesetaraan sehingga tercipta rasa empati, saling menghormati dan saling menghargai antara guru dan murid. proses komunikasi yang dijalankan melallui serangkaian proses untuk menemukenali segala apa yang dimilki murid sebagai bentuk kekuatan untuk menyelesaikan sagala apa yang dihadapinya. 

Proses tersebut tercipta dalam coaching. Selain itu ada juga pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan konsep Tut Wuri Handayani di mana murid adalah mitra belajar. Guru bukan lagi sumber pengetahuan satu-satunya akan tetapi ada murid sebagai mitra dalam mencari kesepahaman dalam belajar. Guru bersama murid belajar bersama mengenali kekuatan yang dimilikinya untuk melejitkan kemampuan yang dimiliki murid. bukan lagi waktunya guru cemerlang sendiri akan tetapi bagaimanan murid pun menjadi bersinar. Guru membantu murid menemukan kekuatan untuk bisa hidup sebagai manusia seutuhnya. 

 

Guru sebagai coach merefleksikan kebebasan murid untuk menemukan berbagai kekuataan yang dimiliki mereka dengan penuh kasih sayang dan persaudaraan. Guru sebagai coach menghindari keinginan untuk memaksakan kehendak dan mengharapkan pamrih, mensucikan diri tanpa ikatan menjadikan murid insan paripurna. Guru sebagai coach menciptakan suasana nyaman dan rasa percaya untuk memberikan kebebasan dan kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menjadi murid kuat secara kodrati.

 

Salah satu bentuk untuk melejitkan potensi murid adalah dengan mengintegrasikan pembelajaran berdiferensiasi, pembelejaran yang selalu memperhatikan kebutuhan belajar peserta didik berdasarkan minat, profil dan kesiapan belajar. Guru sebagai coach dibutuhkan untuk menggali kebutuhan murid sehingga guru dapat mendisain proses pembelajaran yang mampu memaksimalkan segala potensi yang dimiliki murid. 

 

Selain itu, secara social emosional  segala potensi murid dapat berkembang secara maksimal. Proses coaching dapat berjalan degan mengoptimalkan ranah social emosional sehingga setiap murid mampu menyelesaikan setiap masalah dengan potensi dan kemampuannnya sendiri. Segala potensi akan tergali dengan proses coaching yang dilakukan guru. Murid akan menemukan kedewasaan dalam menghadapi setiap kemelut dalam hidupnya dan mereka akan menemukan jati diri dengan proses coaching yang dilakukan guru. Pada akhirnya mereka akan mampu hidup bebas dan merdeka menentukan jalan hidupnya sesuai ke roses menuntun yang dilakukan dalam coaching adalah sebuah usaha untuk mengeksplorasi murid untuk mampu melejitkan potensinya. Konsep coaching sangat dibutuhkan dalam memberikan layanan pada murid karena sangat berbeda dengan konsep konseling dan mentoring. 

 

Coaching tidak hanya berawal dari masalah tetapi dari kondisi yang memungkinkan peserta didik mampu memaksimalkan potensi dan kekuatannya untuk menemukan dan menyelesaikannya sendiri.  Mentoring merupakan proses dilakukan ahli dengan berbagi pengalaman kepada mantee untuk menyelesaikan masalahnya. Sedangkan konseling konselor memberikan bantuan solusi untuk menyelesaikan masalah konseli.

 

Coaching yang dilakukan coach kepada coachee sedikitnya membutuhkan empat keterampilan diantaranya:

 

Keterampilan membangun dasar proses coaching

Keterampilan membangun hubungan baik

Keterampilan berkomunikasi

Keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Dalam proses coaching ada salah satu model yang biasa digunakan oleh coach. Model yang dikembangkan dari Salah satu model GROW. Model GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini; Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee; Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi; dan Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya

 

 

Model GROW menjadi pijakan dalam melakukan coaching yang selanjutnya dikembangkan menjadi model TIRTA yang meliputi langkah-langkah Tujuan utama pertemuan/pembicaraan; Identifikasi masalah coachee; Rencana aksi coachee; dan  Tanggung jawab/komitmen. Dalam Aksi Aspek berkomunikasi untuk mendukung praktik coaching antara lain, Komunikasi Asertif menjadi Pendengar aktif, Bertanya reflektif  dan Umpan balik positif.

 

Refleksi terhadap proses coaching di sekolah

 

Proses coaching sebagai bentuk usaha yang dilakukan guru untuk menuntun segala potensi, keunikkan dan kekuatan murid untuk hidup sesuai kodratnya dan memperbaiki lakunnya.

Proses coaching menjadikan murid untuk bisa hidup sebagai individu dan bagian msyarakat yang mampu mengenali, menggali dan memaksimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk menyelesaikan segala masalahnya sendiri.

Proses coaching, menuntun murid untuk berkesadaran penuh mencapai kemerdekaan belajar digali dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk memaksimalkan segala potensinya

 

 

2.3.a.8. Elaborasi Pemahaman - Coaching

 

Tujuan Pembelajaran Khusus:  CGP dapat mengelaborasi pemahamannya tentang coaching melalui proses tanya jawab dan diskusi.

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Anda sudah sampai di fase elaborasi pemahaman. Pada fase ini kita akan berdiskusi untuk mengelaborasi pemahaman Anda bersama instruktur secara tatap maya mengenai konsep coaching dalam konteks pendidikan. 

Pada sesi ini, Anda akan mendiskusikan video yang Anda buat dalam sesi ruang kolaborasi dan demonstrasi kontekstual. Selama menyimak, Anda diharapkan membuat catatan tanggapan Anda mengenai hal-hal yang baik dan yang masih perlu ditingkatkan dari video praktek coaching tersebut. Anda juga diharapkan membuat pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya hendak ditanyakan lebih lanjut kepada para instruktur terkait pemahaman Anda pada keseluruhan materi modul Coaching ini. Selanjutnya, bersama instruktur, Anda akan mendiskusikan hal tersebut dan bersama-sama membuat kesepakatan pemahaman mengenai coaching dalam konteks Pendidikan. 

2.3.a.7. Demonstrasi Kontekstual - Pendampingan Murid dengan Pendekatan Coaching dalam Komunitas Sekolah Saya

 

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

  1. CGP membentuk komunitas praktisi di sekolah asal dengan melibatkan murid atau rekan guru sebagai coachee.
  2. CGP dapat melakukan praktek coaching dengan model TIRTA di sekolah asal.

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Setelah melakukan refleksi terbimbing, tentunya Anda sudah memiliki bekal yang cukup untuk melakukan praktik coaching lebih lanjut. Pada pembelajaran keenam ini Anda akan melakukan satu (1) praktik kegiatan coaching nyata di sekolah tempat Bapak Ibu berasal sesuai dengan model TIRTA. Coachee dapat merupakan murid atau rekan kerja dengan instruksi sebagai berikut.

Instruksi penugasan

  1. Sediakan media perekam video Anda. Media dapat menggunakan telepon seluler (handphone) Anda ataupun media lainnya.
  2. Pastikan Anda dan Coachee menyediakan waktu secara khusus selama 20-30 menit untuk praktek coaching ini. Coachee perlu diberi tahu bahwa sesi coaching ini akan direkam untuk keperluan program dan hanya akan didengar oleh fasilitator.
  3. Setelah selesai melakukan praktek coaching, periksa rekaman Anda dan berikan nama file seperti berikut: Nama Lengkap-CGP Angkatan - Sekolah Asal
    Contoh: Shirley Puspitawati-CGP Angkatan 1-SMA Asih
  4. Unggah file rekaman video yang sudah diberi nama ke google drive akun Anda. Jangan lupa untuk memastikan bahwa tautan google drive Anda sudah diset Shared/Dibagikan.

Kirimkan tautan video yang telah diunggah di google drive Anda sesuai petunjuk bawah ini