3.2.a.4.
Eksplorasi Konsep - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya Pembelajaran 2.1
Durasi: 3 JP
Moda: Mandiri
Tujuan Pembelajaran
Khusus:
- CGP dapat mengidentifikasi
faktor-faktor yang memengaruhi ekosistem sekolah.
- CGP dapat mengidentifikasi
peran pemimpin dalam pengelolaan sumber daya.
- CGP memahami pengelolaan sumber
daya yang ada di sekolahnya dengan menggunakan pendekatan Pengembangan
Komunitas berbasis Aset (Asset-Based Community Development/ABCD)
- CGP dapat memahami potensi
sumber daya yang dimiliki lingkungan sekolahnya.
- CGP dapat mengevaluasi hasil
pemetaan potensi sumber daya sekolahnya yang dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas proses pembelajaran murid.
Sekolah Sebagai
Ekosistem
Sebelum
mempelajari tentang sekolah sebagai ekosistem silahkan menyimak tayangan
Video Sekolah Sebagai ekosistem berikut.
https://www.youtube.com/watch?v=R0a_NA7-ysQ&feature=emb_imp_woyt
Eksosistem
merupakan sebuah tata interaksi antara makhluk hidup dan unsur yang tidak hidup
dalam sebuah lingkungan. Sebuah ekosistem mencirikan satu pola hubungan yang
saling menunjang pada sebuah teritorial atau lingkungan tertentu.
JIka
diibaratkan sebagai sebuah ekosistem, sekolah adalah sebuah bentuk interaksi
antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup).
Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu
menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Dalam ekosistem sekolah,
faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif
satu sama lainnya. Faktor-faktor biotik yang ada dalam ekosistem sekolah di
antaranya adalah:
- Murid
- Kepala Sekolah
- Guru
- Staf/Tenaga Kependidikan
- Pengawas Sekolah
- Orang Tua
- Masyarakat sekitar sekolah
Selain
faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga
berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di antaranya
adalah:
- Keuangan
- Sarana dan prasarana
Pendekatan Berbasis
Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis
Aset/Kekuatan (Asset-Based Thingking)
Sebelum
mempelajari tentang Pendekatan
Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis
Aset/Kekuatan (Asset-Based Thingking) silahkan menyimak
tayangan Video berikut.
https://www.youtube.com/watch?v=28WLqzMizmw&feature=emb_imp_woyt
https://www.youtube.com/watch?v=28WLqzMizmw
Pendekatan
berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan
perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak
bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang
negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi
tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak
sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga
yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada
di sekitar.
Pendekatan
berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni
kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini
merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam
kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak
untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang
menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Perbedaan
antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset dapat
dilihat dari tabel di bawah ini.
Berbasis
pada kekurangan/masalah/hambatan |
Berbasis
pada aset |
Fokus pada masalah dan isu |
Fokus pada aset dan kekuatan |
Berkutat pada masalah utama |
Membayangkan masa depan |
Mengidentifikasi kebutuhan dan
kekurangan – selalu bertanya apa yang kurang? |
Berpikir tentang kesuksesan yang
telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut. |
Fokus mencari bantuan dari sponsor
atau institusi lain |
Mengorganisasikan kompetensi dan
sumber daya (aset dan kekuatan) |
Merancang program atau proyek
untuk menyelesaikan masalah |
Merancang sebuah rencana
berdasarkan visi dan kekuatan |
Mengatur kelompok yang dapat
melaksanakan proyek |
Melaksanakan rencana aksi yang
sudah diprogramkan |
(Green
& Haines, 2010)
Sejarah singkat
pendekatan ABCD (Asset-Based Community Development
Asset-Based
Community Development (ABCD) yang selanjutnya akan kita sebut
dengan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) merupakan suatu kerangka
kerja yang dikembangkan oleh John McKnight dan Jody Kretzmann, di mana keduanya
adalah pendiri dari ABCD Institute di Northwestern University. ABCD dibangun
dari kemampuan, pengalaman, pengetahuan, dan hasrat yang dimiliki oleh anggota
komunitas, kekuatan perkumpulan lokal, dan dukungan positif dari lembaga lokal
untuk menciptakan kehidupan komunitas yang berkelanjutan (Kretzman,
2010).
Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) muncul sebagai kritik terhadap
pendekatan konvensional atau tradisional yang menekankan pada masalah,
kebutuhan, dan kekurangan yang ada pada suatu komunitas. Pendekatan tradisional
tersebut menempatkan komunitas sebagai penerima bantuan, dengan demikian dapat
menyebabkan anggota komunitas menjadi tidak berdaya, pasif, dan selalu merasa
bergantung dengan pihak lain.
Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset (PKBA) menekankan pada nilai, prinsip dan
cara berpikir mengenai dunia. Pendekatan ini memberikan nilai lebih pada
kapasitas, kemampuan, pengetahuan, jaringan, dan potensi yang dimiliki oleh
komunitas. Dengan demikian pendekatan ini melihat komunitas sebagai pencipta
dari kesehatan dan kesejahteraan, bukan sebagai sekedar penerima bantuan.
Pendekatan PKBA menekankan dan mendorong komunitas untuk dapat memberdayakan
aset yang dimilikinya serta membangun keterkaitan dari aset-aset tersebut agar
menjadi lebih berdaya guna. Kedua peran yang penting ini menurut Kretzman
(2010) adalah jalan untuk menciptakan warga yang produktif.
Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset menekankan kepada kemandirian dari
suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang dihadapinya dengan
bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri mereka sendiri, dengan
demikian hasil yang diharapkan akan lebih berkelanjutan.
Pendekatan
Pengembangan Komunitas Berbasis Aset berfokus pada potensi aset/sumber
daya yang dimiliki oleh sebuah komunitas. Selama ini komunitas sibuk pada
strategi mencari pemecahan pada masalah yang sedang dihadapi.
Page 5
YOUR NOTES
AND QUESTIONS
PKBA sebagai Pendekatan
yang Dibantu oleh Pihak Luar
Pendekatan
PKBA merupakan pendekatan yang digerakkan oleh seluruh pihak yang ada di dalam
sebuah komunitas atau disebut sebagai community-driven development.
Di dalam buku ‘Participant Manual of Mobilizing Assets for Community-driven
Development’ (Cunningham, 2012) menuliskan perbedaannya dengan pendekatan
yang dibantu oleh pihak luar. Penjelasan yang ada sebetulnya ditujukan
untuk pengembangan masyarakat, namun tetap bisa kita implementasikan pada
lingkungan sekolah karena sebetulnya adalah miniatur sebuah tatanan masyarakat
di suatu daerah.
- Perubahan
masyarakat yang signifikan karena warga lokal dalam masyarakat tersebut
yang mengupayakan perubahan. Apabila kita aplikasikan ke lingkungan
sekolah dan seluruh warga sekolah berupaya melakukan perubahan maka
perubahan tersebut pasti akan terjadi.
- Warga
masyarakat akan bertanggung jawab pada yang sudah mereka
mulai. Dengan demikian setiap warga sekolah akan bertanggung
jawab atas apa yang sudah dimulai.
- Membangun dan
membina hubungan merupakan inti dari membangun masyarakat inklusif yang
sehat. Membangun dan membina hubungan antar warga sekolah,
seperti hubungan guru-guru, guru – kepala sekolah, guru – murid – guru,
guru – staf sekolah – guru, staf sekolah – murid – staf sekolah, ataupun
kepala sekolah – murid – kepala sekolah menjadi sangat penting untuk
membangun sekolah yang sehat dan inklusif.
- Masyarakat
tidak pernah dibangun dengan berfokus terus pada kekurangan, kebutuhan dan
masalah. Masyarakat merespons secara kreatif ketika fokus pembangunan pada
sumber daya- sumber yang tersedia, kapasitas yang dimiliki, kekuatan dan
aspirasi yang ada. Sekolah harus dibangun dengan melihat pada kekuatan,
potensi, dan tantangan, kita harus bisa fokus pada pembangunan sumber daya
yang tersedia, kapasitas yang kita miliki, serta kekuatan dan aspirasi
yang sudah ada.
- Kekuatan
sekolah berbanding lurus dengan tingkat keberagaman keinginan unsur
sekolah yang ada, dan pada tingkat kemampuan mereka untuk menyumbangkan
kemampuan yang ada pada mereka dan aset yang ada untuk sekolah yang lebih
baik.
- Dalam setiap
unsur sekolah, pasti ada sesuatu yang berhasil. Dari pada menanyakan “ada
masalah apa?” dan “bagaimana memperbaikinya?”, lebih baik bertanya “apa
yang telah berhasil dilakukan?” dan “bagaimana mengupayakan lebih banyak
hasil lagi?” Cara bertanya ini mendorong energi dan kreativitas.
- Menciptakan
perubahan yang positif mulai dari sebuah perbincangan sederhana. Hal ini
merupakan cara bagaimana manusia selalu berpikir bersama dan
mencetuskan/memulai suatu tindakan.
- Suasana yang
menyenangkan harus merupakan salah satu prioritas tinggi dalam setiap
upaya membangun sekolah.
- Faktor utama
dalam perubahan yang berkelanjutan adalah kepemimpinan lokal dan
pengembangan dan pembaharuan kepemimpinan itu secara terus menerus.
- Titik awal
perubahan selalu pada perubahan pola pikir (mindset) dan sikap yang
positif.
Aset – aset dalam
sebuah komunitas
Dalam
mengatasi tantangan pada pendekatan tradisional yang digunakan untuk mengatasi
permasalahan perkotaan, di mana penyedia jasa dan lembaga donor lebih
menekankan pada kebutuhan dan kekurangan yang terdapat pada komunitas,
Kretzmann dan McKnight menunjukkan bahwa aset yang dimiliki oleh komunitas
adalah kunci dari usaha perbaikan kehidupan pada komunitas perkotaan dan
pedesaan .
Menurut
Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community
development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai
modal utama, yaitu:
1.
Modal Manusia
- Sumber daya
manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi
sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan,
kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
- Pemetaan
modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan,
kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah
komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat
dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan,
dan kepala.
- Pendekatan
lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan
seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan
memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan
berbagai kelompok. Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan,
contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang
negosiasi. Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya,
contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.
2.
Modal Sosial
- Norma dan
aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur
pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan
jaringan ( networking) antara unsur yang ada di dalam
komunitas/masyarakat.
- Investasi
yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam
komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling
percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.
- Contoh-contoh
yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi
adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri
atas dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan
yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi
terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh
tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan
hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu
fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu
lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya
sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas
masyarakat.
3.
Modal Fisik
Terdiri
atas dua kelompok utama, yaitu:
- Bangunan
yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses
pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
- Infrastruktur
atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin,
jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat
transportasi, dan lain-lain.
4.
Modal Lingkungan/alam
- Bisa berupa potensi
yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya
pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. Modal lingkungan
terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai,
tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
- Tanah untuk
berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon
seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan
kembali untuk menenun, dan sebagainya.
5.
Modal Finansial
- Dukungan
keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk
membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.
- Modal
finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan
pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal.
- Modal
finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual
sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk
yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana
memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan
pembukuan.
6.
Modal Politik
- Modal
politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok
memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta
memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.
- Lembaga
pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas,
seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik
atau air.
7.
Modal Agama dan budaya
- Upaya
pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari
kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga
kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan
lain-lain.
- Kebudayaan
yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide,
gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia
yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis.
- Agama
merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk
mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik
perilaku lahiriah maupun simbolik. Agama menuntut terbentuknya
moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau
amalan.
- Identifikasi
dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting
untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan
dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang
berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.
- Sangat
penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual keagamaan dan
kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di
antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk
menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.
Studi Kasus 1
Bapak/Ibu
Calon Guru Penggerak silakan menyimak video berikut ini
https://www.youtube.com/watch?v=w2V-DSrn63M&feature=emb_imp_woyt
Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,
setelah Anda menonton dan menyimak video yang menunjukkan
suasana rapat guru dan kepala sekolah yang berbasis masalah/kekurangan dengan
berbasis aset, jawablah pertanyaan berikut.
Selama kita berada di sekolah, pada saat
rapat antar guru atau dengan kepala sekolah, biasanya apa yang dibahas? Apakah
membahas apa yang menjadi kekurangan sekolah selama ini? Atau membahas soal
kekuatan yang dimiliki oleh sekolah?
Tuliskan jawaban pada kolom NOTES yang
ada pada YOUR NOTES AND QUESTIONS
Studi kasus 2
Simak kembali video berikut dan jawablah pertanyaan yang
menyertainya
Selama kita berada di
sekolah, apabila kita mendiskusikan seorang murid bersama sesama rekan
guru lainnya atau Kepala Sekolah, biasanya apakah yang kita bahas? Kekurangan
atau kenakalan dari murid kita atau kebaikan atau kekuatan yang dimiliki murid
kita?
0 komentar:
Posting Komentar